Kamis, 16 Mei 2013

10 Tokoh Anime yang Ganteng!!!

Anime merupakan sebagian dari hidup gue, SO.. udah jelas dong gue gk bisa hidup tanpa Anime. Nah, ini dia nih 10 cowok cakep di anime versi gue :






1. Usui Takumi ( Kaichou wa Maid-sama )



















2. Kiriga Kazuto-Kirito ( Sword Art Online )











3. Ogami Rei (Code Breaker )



















4. Natsume Takashi ( Natsume Yuujinchou )























5. Yuta & Yuki ( Kimi to Boku )


















6. Kazehaya ( Kimi ni to doke )














7. Ouma Shu ( Guilty Crown )



















8. Rygart Arrow ( Broken Blade )












9. Light Yagami ( Death Note )











10. Oreki Houtarou ( Hyouka )














yup! itu dia cowok cowok cakep di anime kesayangan gue, sekian :)

Tips Agar Smartphone Android Hemat Baterai



Tips ini lebih ditujukan agar smartphone atau hp atau ponsel Android Anda menjadi hemat baterai, dan sekaligus memiliki kinerja yang selalu optimal. Sebab, baterai adalah salah satu modal penting dari smartphone. Soalnya, semakin canggih sebuah smartphone, maka akan makin rakus pula dia terhadap enerji atau baterai. Jadi, Anda harus pandai-pandai mengelola baterai smartphone Anda. Selain itu, Anda juga harus paham cara memelihara kinerjanya, supaya tetap optimal.

Agar smartphone Android hemat baterai, sebaiknya non-aktifkan fitur Wifi, Bluetooth, dan jugaData pada smartphone Anda. Maka kalau lagi tak digunakan, matikan saja fitur Wifi dan Bluetoothtersebut, dan gunakan hanya pada saat Anda memerlukannya saja. Soalnya kedua fitur itu sangat menguras baterai. Dan juga, kalau sedang tak menggunakan internet, sebaiknya matikan juga fiturData.

Tindakan penghematan baterai ini bisa Anda lakukan dengan mematikan atau menghidupkan ketiga fitur itu. Caranya, bukaSettings, kemudian buka Wireless and Networks. Aturlah setelan hidup-matinya ketiga fitur tersebut di situ.
Matikan juga fitur Sinkronisasi (Auto Sync). Proses sinkronisasi handset ini, pada beberapa smartphone Android kelas Low End, kadang-kadang jadi tak responsif. Nah, apabila hal itu sampai terjadi, sebaiknya matikan saja fitur sinkronisasi. Caranya, buka menuSettings, kemudian buka Account and Sync, lalu matikanBackground data dan Auto-sync. Untuk melakukan sinkronisasi handset, Anda dapat melakukannya secara manual.
Redupkan layar. Layar yang cerah memang diperlukan, terutama kalau kita menggunakan hp di luar ruangan atau di bawah cahaya matahari langsung. Namun sebaiknya Anda tahu, bahwa layar yang terlalu cerah akan menguras baterai. Jadi, sebaiknya kurangilah kecerahan pada layar smartphone Android Anda. Kalau mau benar-benar hemat baterai, gunakan juga wallpaper yang dominan berwarna gelap.
Untuk mengurangi kecerahan layar, bisa Anda lakukan dengan cara membuka menu Settings, kemudian buka menu Display dan selanjutnya aturlah kecerahan pada Brightness.

Agar smartphone Android tetap prima kinerjanya, Anda harus melakukan tindakan-tindakan yang tepat, baik yang bersifat preventif maupun reaksi aktif. Tindakan yang termasuk dalam kategori preventif, ialah dengan menyimpan aplikasi tambahan ke dalam eksternal memori atau SD Card. Tujuannya, supaya memori internal yang terbatas itu jadi tetap lega, dan aplikasi yang beroperasi di lingkungan memori internal bisa bekerja dengan leluasa dan tetap prima.
Sedangkan tindakan yang masuk dalam kategori reaksi aktif, ialah melakukan rebooting pada smartphone Android Anda kalau sudah menunjukkan tanda-tanda tidak responsif dan melambat, perlunya agar memori ter-refresh, sehingga masalah kekurangan memori dalam proses kinerjanya menjadi teratasi, karena penggunaan memori telah diset ulang.
Nah, demikianlah sedikit tips cara menghemat baterai dan menjaga kinerja prima smartphone Android Anda. Semoga bermanfaat.

Drama PKN "Demokrasi"

Wewewe..   sekarang gue mau ngeshare drama pkn kelompok gue haha.. Judulnya "Kegilaan Harta Warisan" (wa'amah). Baca ya, biarpun naskah drama ini agak "RINGGA"    di maklumin ye :p



Tema: demokrasi di lingkungan keluarga
Kegilaan Harta Warisan
      Pada suatu hari, ada seorang bangsawan yang kaya raya bernama Raden Sri Sultan Subagio Diningrat, beliau memiliki banyak sekali harta kekayaan dan aset-aset kekayaannya tersebar di berbagai daerah. Namun akhir-akhir ini beliau mengalami sakit keras, sehingga ingin melakukan pembagian harta warisannya kepada 3 anaknya secara adil, yaitu Raden Kiyansantang, Raden Mohaledjo, dan Raden Jokowadi. Saat itu di kamar, Romo Subagio menyampaikan keinginannya kepada istrinya.

Romo    : “Bu, bukannya semakin hari kita semakin tua saja? Dan juga kesehatan kita makin menurun
juga. Saya takut nantinya akan terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan.”(sambil tidur dan batuk)
Kanjeng Ibu : “Iya Romo, saya mengerti apa maksud Romo.”(sambil memberi obat)
Romo    : “Sebenarnya saya ingin melakukan pembagian harta warisan kepada anak-anak kita agar                             mereka yang melanjutkan usaha dan bisnis yang sedang kita jalankan.”
Kanjeng Ibu : “Baiklah, kalau itu yang Romo inginkan, saya akan coba bicarakan dengan anak-anak.”

            Sore harinya, keluarga inti Romo Subagio berkumpul di teras rumah untuk membicarakan masalah permbagian harta warisan.

Jokowadi : “Bu, di mana Romo?”
Kanjeng Ibu : “Romo lagi istirahat di kamar, jangan diganggu dulu.”
Mohaledjo : “Lalu, ada perlu apa kita dikumpulkan?”
Kanjeng Ibu : “Ibu mengumpulkan kalian disini karena Romo telah memutuskan untuk mewariskan                                   semua hartanya kepada kalian.”
Jokowadi : “Maaf bu, mungkin sebaiknya kalau semua harta milik Romo dibagi rata dengan adil agar                             tidak terjadi keributan.”
Kiyansantang : “Hhmm.. baiklah kalau itu baiknya, saya setuju.”
Mohaledjo : “Kalau begitu besok saya bisa panggilkan seorang notaris, kebetulan saya kenal dekat                                   dengan dia. Mungkin dia bisa membantu kita untuk mengurus permasalahan ini.”
Kanjeng Ibu : “Baiklah, Bagaimana kalau besok kita bicarakan masalah ini lagi.”
Kiyansantang : “Baik bu, kami pamit dulu, kebetulan Istri saya mau kedokter untuk memeriksa                                            kandungannya.”
Kanjeng Ibu : “Istrimu sudah berapa lama mengandung?”
Kiyansantang : “Baru 2 bulan bu.”
Kanjeng Ibu : “Oh ya sudah, kalian pulang hati-hati ya.” (semua anaknya berpamitan kepada Kanjeng                               Ibu)

                Setelah rapat singkat sore hari itu selesai dan telah membuat keputusan yang adil, maka besoknya akan dibicarakan kembali. Keesokan paginya Jokowadi menghubungi kakaknya Kiyangsantang agar datang secepatnya ke rumah Romo. Akan tetapi malah istrinya Kiyansantang yang mengangkat telepon dari Jokowadi, yaitu Roro Sakadiadjeng Putri.  Sehingga Roro mengetahui rencana pembagian harta warisan tersebut.

Jokowadi : “Selamat pagi mas Iyan, mas Iyan cepat datang ya ke rumah Romo. Keluarga sudah                   menunggu di rumah Romo untuk membicarakan masalah kemarin tentang pembagian harta warisan dari Romo dan notarisnya juga sudah hadir di sini.”  (langsung mematikan telepon)
Roro : “Apa? Kenapa mas Iyan tidak memberitahuku tentang pembagian warisan? Aku harus     mempengaruhi mas Iyan agar mendapatkan harta yang lebih banyak.”


                Kemudian Raden Kiyansantang masuk ke kamarnya dan tak berapa lama lagi, Jokowadi menghubungi Kiyansantang kembali. Dan Kiyangsantangpun bersiap-siap untuk menuju ke rumah Romo.

Roro : “Lho mas, mau kemana?”
Kiyansantang : “Ini mas mau ke rumah Romo, soalnya Romo mau mewariskan hartanya kepada anak-                                anaknya secara merata.
Roro : “Oh tidak bisa begitu mas. Mas Iyankan anak pertama dan satu-satunya yang sudah berkeluarga,                bukankah seharusnya mendapatkan warisan yang lebih banyak.”
Kiyansantang : “Ada benarnya juga sih apa yang kamu katakan, lagipula sebentar lagi kita akan memiliki                                                 seorang anak. Nanti saya akan bicarakan dengan keluarga.”
Roro : “Nah gitu dong mas. Kalau begitu saya akan ikut.”

                Roropun berhasil mempengaruhi Kiyansantang yang akhirnya berubah pikiran. Sebelum masuk kerumah Romo, Roropun menarik lengan Kiyansantang.

Roro : “ Mas, ingat tentang pembicaraan kita dirumah tadi! “
Kiyansantang : “ Kamu tenang saja, saya akan berusaha untuk mendapatkan harta warisan yang lebih banyak “

            Kemudian sesampainya di rumah Romo, Kanjeng Ibu terkejut, mengapa Kiyansatang membawa istrinya yang sebenarnya tidak diundang.

Kiyansantang : “Maaf saya terlambat, karena tadi saya ada urusan penting di kantor.”
Kanjeng Ibu : “Ada maksud apa kamu membawa istrimu ini?”
Roro : “Maaf bu, ini memang keinginan saya untuk datang kemari. Jadi Ibu jangan asal menyalahkan       suami saya.”(dengan nada tinggi)
Kiyansantang : “Benar bu, tadi Roro memaksa saya untuk mengajaknya kesini.” (semuanya duduk)
Kanjeng Ibu : “Ya sudahlah terserah kamu, yang penting Ibu tidak mau ada keributan di sini.”
Roro : “Bu, bagaimana keadaan Romo? Apakah semakin baik atau semakin buruk?”
Kanjeng Ibu : “Ya semakin baiklah! Kamu mau mendoakan Romo keadaannya semakin memburuk?”
Roro : “Ya sayakan hanya bertanya saja.”          
   
                Kemudian di ruang tamu Kiyansantang dan saudara-saudaranya beserta Ibu, notaris, dan Roro memulai rapat tentang pembagian harta warisan tersebut.

Notaris: “Saya mewakilkan Romo disini akan menyampaikan bahwa Romo telah mewariskan hartanya   secara merata dan telah ditetapkan di dalam surat kuasa ini.” (sambil menunjukkan 3 map)
Roro : (Mengambil map secara kasar dan merebut map milik Jokowadi) “Oh jadi ini beneran dibagi rata,                suami sayakan anak pertama, sudah seharusnya mendapatkan harta yang paling banyak. Dan                 kami akan memiliki keturunan.”
Notaris: (notaris kemudian menghentakan tangannya diatas meja) “Maaf sebelumnya saya lancang        mengatakan hal ini anda tidak bisa mengambil keputusan sendiri, karena warisan itu sudah dibagi rata dan itu telah menjadi keputusan bulat dari Romo.”
Roro : “Sayakan istri dari anak pertama keluarga ini jadi saya berhaklah mengambil hak saya.”


                Bi Itah pembantu keluarga ini mendengar pembicaraan di ruang tamu. Akhirnya Bi Itahpun datang sambil membawakan minuman dan menaruhnya di atas meja sambil berkata kepada semua yang ada di ruang tamu.

Bi Itah : “Bapak-bapak Ibu-ibu, apa yang dikatakan nona Roro itu benar, seharusnya den Iyan pantas       mendapatkan harta yang lebih banyak.” (dengan mimik wajah yang licik)
Muhaledjo : “Bi Itah! Kamu jangan ikut campur urusan keluarga kami, kamu hanya pembantu dirumah                          ini, jadi saya minta sebaiknya kamu ke kembali kebelakang”
Bi Itah : “ Maaf ya den , saya mendukung nona Roro untuk mendapatkan haknya karena saya ingin          mendapatkan hak saya juga.”
Muhaledjo : “Apa maksudmu?!”
Bi Itah : “Sekali lagi maaf den saya sebagai pembantu rumah tangga yang telah lama berkerja dirumah    ini, selama ini hanya diberi hak yang pas-pasan. Padahal keluarga ini begitu kaya.”
Notaris: “Maaf Bi, maksud anda, anda minta kenaikkan gaji?”
Bi Itah : “Ya seperti itulah.”
Notaris: “Kalau anda ingin kenaikkan gaji, sebaiknya anda bisa bicarakan dengan Kanjeng Ibu nanti. Di    suasana seperti ini, tidak tepat untuk membicarakan hal seperti itu. “
Kanjeng Ibu : “ Benar bi, sebaiknya bibi segera kembali ke dapur. Nanti saya akan memikirkan kembali                             tentang permintaan bibi. “
Muhaledjo : “ Bibi sudah dengar apa yang dikatakan kanjeng ibu?! Sekarang silahkan bibi kembali ke                                dapur! “
Bibi Itah : “ Baiklah, saya minta maaf atas perkataan saya tadi. Kalau begitu saya permisi. “
Notaris : “Baiklah kalau begitu, mari kita lanjutkan pembicaraan kita tadi tentang pembagian harta            warisan. “
Kiyansantang : “ Saya kurang setuju tentang pembagian harta warisan itu secara merata! “
Kanjeng Ibu : “ Nak, ibu Ainun Lestari  kan sudah bilang bahwa itu sudah bulat menjadi keputusan                                      Romo.”
Kiyansantang : “ Ibu diam saja! Ibu tidak banyak bicara! Lagi pula ibu sudah tua dan sebentar lagi ibu                                     akan mati !”
               
                Kanjeng Ibu yang mendengar perkataan Kiyansantang yang sangat kasar, tanpa berpikir panjang langsung berdiri dan menampar pipi Kiyansantang. Roro yang melihat suaminya ditampar hanya berdiam diri. Karena keributan di dalam rapat tersebut  Romo keluar  dari kamar dan beliau menuju Ruang tamu.

Romo : “ Ada apa ini?! Mengapa kedengarannya ribut sekali?” (katanya sambil terbatuk -  batuk)


                Kiyansantang yang melihat Romonya keluar langsung menuju Romo dan bersujud dihadapannya. Roro yang masih berdiam diri langsung ikut bersujud dihadapan Romonya, dan mereka berdua meminta maaf atas perilaku mereka.
Kiyansantang : “ Romo maafkan  kami berdua, karena atas kesalahan dan keserakahan kami  terjadi                                     pertengkaran di keluarga ini kami berdua benar-benar memohon ampun kepada kanjeng                                         ibu dan romo”
Roro : “iya bu saya benar-benar menyesal maafkan saya telah menjadi menantu yang tidak kanjeng ibu                inginkan”

                Akhirnya romo dan kanjeng ibu berdiri mengangkat kiyansantang dan Roro sambil berkata kami sudah memaafkan kalian berdua
Jokowadi :” akhirnya keluarga kita menjadi utuh satu lagi tidak ada lagi keserakahan dan keegoisan                              dalam keluarga ini lagi”
Notaris: “ jadi telah kita putuskan bersama hasil kesepakatan terakhir bahwa harta warisan Romo dibagi               seadil mungkin kekalian bertiga”
Romo : “ romo berharap kalian bertiga bisa menjalankan amanat yang romo berikan kepada kalian”
Bi itah : “ maaf tuan jadi saya tidak mendapatkan kenaikan gaji dan percikan warisan dari tuan”(sambil   dengan nada sedih dan memelas)
Jokowadi :” sudah-sudah bibik pasti akan mendapatkannya”
Bi itah :” yee Alhamdulillah, terimakasih tuan” (sambil menyalimi semua keluarga yang ada disana            karena perasaan yang sangat gembira)

Akhirnya  Muhalejopun meminta Bi itah untuk memotokan semua keluarga tanpa terkecuali notaris yaitu Ainun Lestary
Notaris: “ohh kalau begitu saya akan pamit pulang”
Jokowadi: “ohh tunggu-tunggu lebih baik anda ikut foto bersama kami”
Romo: “iya benar itu sapa tau ibu notaris bisa menjadi anggota keluarga kami”
Bi itah: “yaudah jadi tidak ini saya potretin”
Muhalejo:”mari –mari-mari kita atur posisinya”
Bi itah : “bersiap 1,2,3 cekreet”

                Akhirnya keluarga Raden Sri Sultan Subagio Diningrat hidup bahagia dan sejahtera.